Sunday, March 25, 2012

Kepahitan di Balik Cinta2

Kedua

Bruuukk.... terdengar suara tas dihempaskan diatas ranjang. Ruangan kamar yang sunyi senyap tak ada siapapun selain Vani tampak ikut merasakan betapa kesalnya Vani terhadap sikap Okta yang telah membuatnya cemburu. Dihempaskannya tubuhnya diatas ranjang yang masih empuk itu.
"Kenapa ya, Okta gak suka sama aku? apa aku jelek? atau aku gak secantik Reny? ahh... sudahlah, mungkin dia bukan yang terbaik untukku, pokoknya mulai besok aku bakal lupain semua tentang rasa aku ke dia... emmm harus" gumam Vani dalam hati. "emm Tapi bisa nggx ya, adduh kamu harus bisa Vani, harus, Oke-oke aku pasti bisa, tapi kalau nggx bisa gimana?, addduuuhh pusing, tau ahh bodo amat pokoknya harus nyoba dulu". Vani menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. dibukanya kembali matanya lalu menatap langit-langit kamar. Uaaamm.... ngantuk boci ah" desisnya lirih."eittzz,, kan belum sholat, mending sholat dulu, yupzz, sholat dulu...!!!" Gumam Vani memberi semangat pada dirinya sendiri.

Perlahan Vani mengangkat tubuhnya, berdiri sejenak lalu melangkah meninggalkan ranjang kamarnya. Hanya butuh beberapa detik saja kini Vani sudah tiba di Kamar Mandi yang terletak di pojok kanan kamarnya. Percikan air pun mulai terdengar, setetes demi setetes membasahi telapak tangannya sambil membaca niat wudhu. 

Selang beberapa menit saja Vani telah kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang kamar kesayangannya. Hari ini ia tampak tak bersemangat dalam menjalani hidupnya. Sambil menatap langit-langit kamar, sepertinya ia sedang galau, kayak promosi-promosi itu lhoo... (aku galaauu..!!!)Haahaha.

"Vani, makan dulu nak" suara sang ibu mengejutkan lamunan Vani.
"Iya bu" sahut Vani. "emm.. makan lagi-makan lagi"oloknya lirih. 
"Makan dulu Vani, nanti sakit bagaimana" perintah sang ibu.
"Iya, iya bu, ni juga mau makan" timbal Vani sambil menarik kursi di meja makan. "ayah mana bu?" tanya Vani seraya membubuhi nasi di piringnya.
"Ibu juga tidak tahu, tapi katanya tadi ada meeting di kantor, sudah jangan mikiri ayah, yang penting Vani harus makan dulu" jelas ibu panjang lebar.
"Oke" jawab Vani singkat.

"Bi Inah, tolong air minumnya bi" perintah sang ibu kepada pembatu rumahnya yang baru mulai bekerja hari itu dirumahnya.
"Baik bu" sahut bi Inah.
"Ibu nyewa pembantu?" tanya Vani kepada sang ibu yang duduk berhadapan dengan tempat duduk Vani.
"Husstt, kalau bicara yang bener, masak disewa, emang barang main sewa-sewaan" sanggah sang ibu.
"Hehehe.. ampun bu, lupa"
"Iya, sebenarnya sudah seminggu yang lewat ibu mencari pembantu, tapi baru kemarin sore dapatnya, tetangga kita yang rumahnya dipertigaan jalan itu lhoo, pasti Vani kenal". Jelas sang ibu, sementara diambang pintu telah muncul Bi Inah yang membawa air putih dan meletakkannya diatas meja.
"Silahkan non"
"Iya bi, terima kasih" timbal Vani lembut.

Bi Inah pun meninggalkan meja makan dan kembali lagi ke dapur. Sang ibu hanya tersenyum melihat keduanya. Dipandanginya wajah anaknya yang cantik itu, hatinya yang gundah kini hilang sejenak setelah mendapati wajah anak kesayangannya.
"Ibu kenapa, kok ngeliatin Vani seperti itu?" tanya Vani penasaran.
"Tidak, ibu hanya ingin memandangi wajah anak ibu yang cantiiikkkk sedunia ini" jawab sang ibu sambil tersenyum lepas.
"Ahh ibu, sudah bisa ngegombal yach, diajari siapa bu, ayah ya? hayo ngaku?" rayu Vani sambil tersenyum. Sang ibu hanya tersenyum."seandainya kamu tahu apa yang terjadi antara ibu dan ayah, ibu yakin kamu tak akan seceria ini nak, tapi ibu janji, ibu tidak akan mengecewakanmu, ibu akan simpan semua masalah ibu, ibu hanya ingin melihat kamu terus tersenyum untuk ibu" desis sang ibu dalam hati.

***
Assolaatuhoirum minannauum......
Assolaatuhoirum minannauum......
Allahu akbar allah... huakbar....
Laa ilaa haa illallah....
Suara azan subuh di kota Simpang sudah diperdengarkan melalui rumah-rumah Tuhan yang berdiri kuat. Vani yang masih terasa kantuk mau tak mau harus bangun guna melaksanakan ibadah sholat subuh. "Uaaaammm....." suara lembut Vani sebagai tanda kesadarannya sudah bangun untuk memulai kembali aktivitas-aktivitasnya.



Selesai sholat subuh Vani mulai membuka buku pelajarannya hari ini, satu persatu huruf mulai dibacanya dan mulai diserap oleh otaknya. Setelah ia merasa nyaman dengan aktivitasnya, perlahan ia menyandarkan tubuhnya dikaki ranjang tidurnya.

Saturday, March 24, 2012

Kepahitan di Balik Cinta1


Pertama

“Huaamm…” terdengar suara lirih seorang gadis dari arah kamar tempat tidurnya. Pagi ini ia merasa enggan untuk membukakan kelopak matanya, “ngantuk” itu yang masih ia rasakan sejak pukul 04.30 tadi. Mungkin karena hari minggu kali yach. “VANI” yach Vani adalah nama panggila gadis itu, VANI LORESTA, emm nama yang lumayan bagus.

”Vani….. bangunlah nak, sudah siang, ibu dan ayah mau pergi ke rumah nenek, kamu mau ikut tidak?” Tanya sang ibu yang sedang asik menyiapkan menu sarapan pagi. Wawww… bisa dibayangkan tuh, gimana kuatnya suara sang ibu.

”Emmm…. Iya bu”. Sahut Vani dengan rasa malas. Terbesit juga dipikiran Vani untuk ikut ibu dan ayahnya ke rumah neneknya. Segera ia beranjak dari tempat tidurnya dan langsung berjalan menuju tempat keberadaan ibunya.

“Kamu itu  bagaimana sih Vani, mentang-mentang hari minggu, bangunnya kesiangan, tidak baik nak kamu itu seorang gadis, bagaimana kalau kamu sudah berkeluarga nanti, suami mu pasti akan marah” Jelas sang ibu panjang lebar.

“Yach ibu, sekali-sekali kan gax apa-apa, anggap-anggap aja refresing” Bantah Vani sambil berjalan ke kamar mandi.

“Byyuuuurrr…. suara air yang membasahi wajah Vani. “emm segar..” desisnya lirih.

“Yach sudah, buruan mandi, ayah dan ibu sebentar lagi mau berangkat” perintah sang ibu dengan lembut dan penuh perhatian.
“Oke Mom…” timbal Vani dengan semangat.

Vani kembali ke kamarnya dan mengambil sehelai handuk kesayangannya. Saat melintas di depan cermin Vani terhenti. Diliriknya wajahnya yang bersih itu. “eemm… aku kok mirip ibu yach? Kenapa gx mirip ayah saja, kan unik. Hehehee…. “ Vani tersenyum sendiri sembari menatap wajahnya yang masih terpajang didepan cermin. Lama-kelamaan Vani bisa jadi orang stress nih. Senyam senyum sendiri didepan cermin. Tapi untung saja itu tak berlangsung lama. Kalau saja itu berlanjut emmm.. bakal beneran terjadi tuh.

Jarum jam terus berjalan, hingga menunjukkan pukul 08.30. Namun Vani tak juga keluar dari kamarnya. Ntah apa yang ia kerjakan. Dari selesai sarapan ia tak menampakkan wajahnya di depan sang ibu dan sang ayah. Sang ibu yang dari tadi menunggunya di depan merasa habis juga kesabarannya.

“Vani… Cepetan” teriak sang ibu dari depan pintu.
“Iya sebentar” timbal Vani.
Tak lama kemudian Vani muncul juga dari kamarnya. Tampak asri juga melihat penampilannya yang rapi dan unik itu. Sang ibu yang tadi tak sabar menunggunya akhirnya luluh juga saat melihat kerapian sang anak. Emm… mudah sekali yach cara Vani meluluhkan hati orang tuanya. Hahaha…. Saya kapan yach (ngimpi).

“Lets go” seru Vani penuh semangat.
Sang ibu yang mendengarnya hanya tersenyum melihat Vani yang begitu bersemangat. Kendaraan roda 4 itu akhirnya bergerak dan melaju dengan santai menuju sebuah Desa yang lumayan agak jauh. “Banurejo” nama Desa yang bakal kedatangan tamu dari kota kecil yang bernama Simpang itu. (seperti orang elit saja hehehe).

Sepanjang perjalanan Vani asyik melihat-lihat pemandangan yang ada di pinggiran jalan. Sementara ibu dan ayahnya asyik berbincang-bincang, ntah apa yang sedang mereka bicarakan. Angin sepoi-sepoi yang masuk ke ruangan mobil ayahnya membuat rambut Vani menari-nari dengan lembut. Sesekali ia membenahi rambutnya yang melambai-lambai di wajahnya. Sementara mata dan pandangannya masih tetap tertuju pada pemandangan disekitar jalan. Ahh… indahnya nikmat Tuhan. Nuansa alam yang begitu enak dipandang membuat sejuk dalam jiwa. Membuat orang merasa damai saat menikmati kelembutan angin pagi itu.

Sssttttt…. Mobil yang membawa 3 orang 1 keluarga itu tiba di depan rumah yang terlihat asri. Tampak disana seorang wanita dan laki-laki yang sudah cukup tua beranjak dari tempat duduknya dan melangkah mendekati mobil yang berhenti di depan rumah nya. Senyum keduanya tak hilang-hilang dari raut wajahnya.
”Nenek” panggil Vani yang baru keluar dari mobilnya.
Sang nenek yang mendapat sapaan dari cucunya menambahkan senyuman kasih sayang diwajahnya. Mungkin rasa rindunya kepada sang cucu sudah cukup mendalam. Dipeluknya cucu kesayangannya yang masih remaja itu.
“Bagaimana kabar nenek?” Tanya Vani lembut.
”Alhamdulillah baik, Vani gimana? Tanya sang nenek.
“Baik nek” jawab Vani lembut dan kembali memeluk neneknya.


“Sudah, kita masuk dulu, tidak enak dilihat tetangga” ajak sang kakek kepada anak-anak dan cucunya.

***


Tetttttt…… tetttt………
Suara bel masuk sudah diperdengarkan. Siswa-siswa yang tadinya asyik menghabiskan waktunya bercerita tentang moment-moment yang mereka alami di hari minggu kemarin. Kini harus terputus oleh suara Bel tanda dimulainya Upacara Bendera yang mana merupakan rutinitas setiap Sekolah. Kekecewaan nampak diwajah mereka. Tapi yach mau bagaimana lagi itu lah aturan yang harus dijalani oleh siswa-siswi SMA N.1 Simpang itu.


Upacara pagi itu berjalan dengan hikmat, meskipun tidak sedikit siswa yang mengeluh kepanasan, pegel, bosan dan tentunya melelahkan berdiri lebih dari setengah jam. Terutama siswa-siswa yang terkenal nakal dan badung. Tak jarang diantara mereka yang melakukan hal-hal aneh sepeti menjahili kawan, mengobrol, tertawa kecil dan bahkan seejek-ejekan. Emm... walau bagaimana pun itulah siswa-siswi SMA Negeri 1 Simpang.


Selesai melaksanakan Upcara Bendera barulah seluruh siswa masuk kekelasnya masing-masing. Vani yang terlihat gerah berjalan memaksanakan kakinya menuju satu ruangan kelas yang dimana namanya tercantum dalam absen kelas tersebut. "Emmm.. melelahkan sekali" gumamnya dalam hati.
"Hai Van" sapa Okta yang berjalan disampingnya.
"Hai juga" sahut Vani tidak bersemangat.
"Kenapa, kok lemes?" tanya Okta ingin tahu.
"Tidak apa-apa cuma capek saja" jawab Vani singkat.
"Ouhh.... oiya aku mau minta tolong sama kamu, boleh nggx?
"Minta tolong apa?
"Emm.... salamin sama Reny sahabat kamu itu"
Deg,,, jantung Vani terasa bergemuruh, "apaa, Minta salamin sama Reny, oh my god, dimana hati saya, mau saya letakkan dimana rasa cemburu saya, Reny sahabat gue, sementara Okta Idola gue, ahh tidak mungkin, jangan pingsan-jangan pingsan" desis Vani dalam hatinya.
"Van, kok diem?" tanya Okta santai.
"Ouh,, emm... i..iya... nanti aku salamin, kalau dia sudah masuk sekolah" jawab Vani terbata-bata.
"Reni tidak masuk, kenapa?"
"Katanya sih, sakit, nanti aku juga mau ke rumahnya, mau ikut? tawar Vani basa-basi.
"Oke, sepulang sekolah yach, aku tunggu di germbang Oke"
"Oke" timbal Vani lirih.
"Ya udah, selamat belajar Vani...."
"Yach, selamat belajar juga"


Vani yang dari tadi lemes, kini tambah lemes semenjak telinganya mendengar perkataan Okta. "Oh Tuhan... sabarrr" gumam Vani dalam hati. Vani dan Okta akhirnya masuk kekelas mereka masing-masing. Okta yang begitu bersemangat tadinya kini terasa lemah. Ingin sekali ia cepat-cepat menemui Reny, gadis cantik yang ditaksirnya sejak kelas 1 SMA. Gadis Lembut yang murah senyum, meskipun senyumannya tak semanis senyum sahabatnya Vani. tapi gadis itu lah yang membuat Okta merasakan arti Jatuh Cinta.


"Selamat pagi anak-anak" sapa Pak Roby yang terkenal humoris itu.
"Pagi paaakkk..." jawab siswa serempak.
"Baik anak-anak pagi ini Bapak ada urusan, bapak ada tugas untuk kalian mana sekretaris kelas? tanya Pak Roby sambil meletakkan buku cetak Bahasa Indonesia diatas meja. Sinta yang berjabat sebagai sekretaris kelas mau tak mau harus maju kedepan guna mengabulkan perintah Pak Roby. Pak Roby mulai menjelaskan kepada Sinta materi-materi yang harus dicatat di depan kelas. Sementara suasana kelas hening tanpa ada suara siswa yang mengaung.
"Baik anak-anak silahkan catat materi ini. Besok Bapak jelaskan" Perintantah Pak Roby.
"Dimana Pak" Tanya salah satu siswa.
"Dijidat" jawab Pak Roby spontan.
Hahahahaha........ Suara tawa siswa seisi kelas terdengar. Sementara Pak Roby terus melangkah meninggalkan kelas. Sinta mulai menggerakkan jari nya, menulis huruf demi huruf di papan tulis hingga menjadi sebuah rangkaian kalimat dan akhirnya menjadi paragraf serta menjadi sebuah wacana. Emmm.... capek juga pastinya...


Vani tak bergeming dengan perintah Pak Roby melalui tugas yang ditinggalkan oleh Guru Kesukaannya itu. entah kenapa ia hanya ingin merenung, dan memilih diam dari pada menuliskan huruf demi huruf di kertas putik yang dirangkai jadi satu adalah tak lain buku tulisnya. Pikirannya yang gusar membuatnya males dan enggan untuk beraktifitas. Apakah Okta menjadi salah satu factor penyebab kegusaran hatinya saat ini? Eemmm… ntahhlah hanya dia dan Tuhan yang tahu.


***
Teriknya matahari membuat seisi bumi terasa dipanggang habis-habisan, Vani yang dari tadi menunggu Okta di depan pintu gerbang membuatnya kehabisan banyak energi. Ia merasa energinya habis diserap cahaya matahari yang menyengat kulitnya. (eemm… bisa jadi hitam tuh kulitt heee..).


Ssssttt…..
Motor Yamaha Mio Sporty milik Okta melesat didepan Vani. Vani yang terkaget langsung saja menepuk punggung Okta. Sebagai ungkapan rasa kesal dan kagetnya.
“Sakit Tahuu” Keluh Okta.
“Biar” Sanggah Vani.
”Ayok cepetan, nanti kelamaan ayah kamu minta petanggung jawaban sama aku juga, kan berabe …” cetus Okta panjang lebar.
”Huu.. enak saja, emang kita ngapain mau minta pertanggung jawaban, emm dasar Sukirno” timbale Vani.
”Ya makanya cepetan”
”Oke”
Roda motor itu mulai berputar membawa Okta dan Vani menuju rumah Reny yang sedang sakit. Disepanjang perjalanan Vani hanya bisa menikmati angin yang melambai-lambaikan rambutnya. Ia tak peduli lagi dengan hatinya, dengan kecemburuan yang bakal terjadi nantinya, dengan Kekecewaan hatinya terhadap Okta. Tujuannya saat ini adalah ingin tahu bagaimana keadaan Reny sahabatnya itu.  Meskipun ia tak dapat membohongi perasaannya bahwa sebenarnya ia menyukai Okta. Ia ingin Okta yang menjadi raja di hatinya. Namun itu hanyalah sebuah mimpi yang tak akan pernah terjadi dalam kehidupan Vani.


Sesampainya dirumah Reny, Vani dan Okta disambut baik oleh keluarga Reny, terutama ibu Reny yang sangat ramah membuat Okta dan Vani tidak merasa tegang jika berada di dekatnya.
”Sebentar ya nak, ibu panggilkan Reny dulu”
”Iya bu” jawab Vani lembut.
Selang beberapa menit, Reny muncul dihadapan Vani dan Okta. Dengan wajah yang pucat yang tubuh yang lemas, Reny menguatkan diri untuk menemui sahabatnya di ruang tamu. Meski ia merasa tidak kuat untuk bangun dari tempat tidurnya, namun senyumnya tak merasa enggan untuk ia lepaskan sebagai tanda  rindunya terhadap sahabatnya Vani.
“Reny, gimana keadaanmu?” Okta langsung bertanya dan membantu Reny berjalan duduk di kursi. Vani yang terhenti langkahnya karena melihat kegesitan Okta hanya bisa diam dan duduk kembali. Tampak sekali Okta mengkhawatirkan Reny. (Eemm anak muda, lw ada maunya pasti gitu, hehehee).
“Emm.. aku tidak apa-apa, ini hanya sakit-sakit biasa, besok juga paling sudah sembuh” jawab Reny lirih.
”Tapi harus tetep berobat ke dokter lho Ren, biar sakitnya nggx berkelanjutan” jelas Vani singkat.
”Iya… tadi sudah ke dokter” Jawab Reny sembari duduk di samping Vani.
”Trus gimana kata dokternya?”
“Yach,,, katanya gx pa-apa”




Seisi ruangan menjadi hening sejenak. Okta hanya bisa menatap Reny dengan sendu. Ia merasa kasihan melihat Reny yang tampak begitu lemas. Rasanya ia ingin sekali ikut merasakan sakit yang dialamai Reny. Sementara Vani dan Reny terus berbincang-bincang ntah apa yang dibicarakan.



Sebuah Renungan

ristinaagistina@yahoo.co.id

Setiap orang pasti pernah merenung, tidak di rumah, disekolah, dikamar, di ruang tamu, bahkan mungkin di WC. Hahaha... jorok banget yc.. Tapi yach wajar saja, itu artinya mereka meluangkan waktu mereka untuk sedikit merenungi dan memikirkan tentang sesuatu. Adanya masalah memang sering membuat seseorang merenunginya, memikirkannya, mencari solusi cara menyelesaikannya atau bahkan mencari celah untuk menghindarinya. Ini nii... masalah hidup gue yang selalu bikin gue merenung. Mungkin gue termasuk orang yang berperasa kali yach,,, makanya setiap ada masalah, mesti jadi beban pikiran. Kalau udah dipikiran nii,, gak ada lagi nafsu buat hidup, apa lagi yang namanya makan, uhhh males bangett jadinya, makanya badan gue kurus pengennya merenuuu...ng aja. Sebenarnya c gue tuh kepingin ngerubah sikap gue tapi gimana caranya. Yach emang c,,, hidup itu gak ada yang namanya gax punya masalah tapi kan setidaknya adalah sedikit cahaya kebahagiaan buat gue. masak dari kecil gax ada enak-enaknya c. eem,,, mungkin nasib kali yach,,,. Tapi gue bersyukur juga c, meskipun secara ekonomi hidup gue kurang, gue punya keluarga yang cukup buat gue seneng, dari orang tua, saudara-saudara gue yang udah baik dan mau berkorban demi keluarga. Emm.... Hanya ada satu keyakinan, Allah akan membukakan jalan untuk orang-orang yang berusaha dan bertawakal. Semoga saja renungan gue gak sia-sia dalam menilai kehidupan. Amin.

Thursday, March 22, 2012

TentaNG akkU


Retag dalam hati ku tag kian peRGI menghilang, kegalauan Itu selalu Hadir setIap waktu yang menyitaKu untuk merenungkan semua'a, aku teRjerat dalam sebuaH jembatan yANG tag bertiang, akku bagaikan BUrung yang terbANG tag punya tujuan arah yang Pasti, apa SEbenarnya yang akku cARi setelah sekian wakTu berkelana di dalam gelapNya kehidupan, lilin tag juga menyinariku saat akku terkatung_katung dalam kegelapaN malam, apa sebnarnya yang akku INGinkan akan semua yang telah akku Pilih Ini, ku pikir Ini hanyalah sebuah penyesalan di akhirnya nanti,,, karena sampai saat inii akku masih belum menemukan ketenangan itu, akku masih meragukan semua'a,

sosok yang seperti apa yang mampu membuat akku terlelap dalam buaian mimpi malam ku,,,,,,,
aku hanyalah seorang yang masih sangat cetek unTUk mengenal arti tali penghubung itu,,,,,,,,,,
akku masih butuh keteduhan, akkku masih sangat Lugu, akku masih dangat kerdilll,,,,,,

sekarang, dmana akku harus melontarkan seribu pertanyaanku, semua keraguanku, semua pernyataan yang pernah menumpuk lapuk di pikirannkku,,,,, dimana akku harus menumpahkan rasa kesal, sedih, luka, kecewa, dan bahagiaku,,,,,
TAG ADA,,, tag ada yang bisa akku percayai sellain hatiku dhan Tuhan ku,,,,,

diam sejenak berdampingan dengan pikiran yang kALut dan gusar, menatap langit yang tag kunjung datang bintang'a,, ingin akku meratapi semua dan mengakhiri semua'a,, tapi akku tawu itu tag mungkin akku lakukan,,,,,

yang pasti , saat iinii akku butuh ketenangan,,,,,,

Masa Remaja Ku


Apa harus seperti Ni teRUS pekerjaan kuu tuhann,,,, Pulang sekolah harus menjaga warnet.. sering kali hingga malam hari,,,sampai akku tag bisa belajar g. ,, aku juga masih ingin mmikirke pelajaran akku ,,,,, aku jga ingin jadi orang yang pandai,,, pi lw  seperti nilah pekerjaan kku tiap hari,, apakah aku bisaa..... yang adA aku + O'on, lw d skull ngantuk,,, Capek tiap hari Cak Ni,,, pi ya sudahlah,,, mungkin nilah masa remajaku yang tersita hanya untuk mencari 1 L bensin,,, demi berlanjutnya sekolahku,,,, kadang akku berfikir,, , kenapa akku harus di awali dengan kehidupan yang seperti ini,,,,,/?? kenapa waktu selalu begitu kejam kepada akuu....?? tapii..... apakah itu layak untuk mematahkan semangt ku.... apakah hanya karena itu akku menyerah,, aku rasa TIDAK,,, aku yakinn kehidupan ku akan berakhir dengan kebahagiaan meskipun semula berawal dengan rasa kesal,, sedih,, capek,,kelaperan,,& , ngantuk....

akku bingung,,, apakah akku yang  terlalu penurut,, atau mereka yang tag mengerti...

mereka sepertinya tag mengerti dengan akku,, dengan kewajibanku,,, nilaiku,,, pikiranku,,,, kesehatanku,,,

dan sekarang,,, dari kemarin hingga detik ini pun sebutir nasipun belum masuk di perutku,,, hanya karena waktu yang tag banyak untukku,,,, dan mereka,, mereka tak pernah tahu tentang itu.... hanya akku dan perutku yang merasakan,,,,,

tapiii ya sudahlah,,,,, meski ini keadaan ini seriing membuatku menagis,,,, akku tagg khan sesali,,,, aku hanya membantu Orang tua dan keluarga ku..... cozz aku sayang mereka..... mungkin nilah seharusnya Kisah remaja Ku,,,,,,

Friday, March 16, 2012

Cerita Pendek (Cerpen) Bagus dan Menarik

Lisya dan Semangatnya

"seminggu lagi Ujian Nasional, apakah aku bisa melewatinya dengan Hasil yang memuaskan? sekolah mana yang akan mengajakku untuk lebih mengenal ilmu pendidikan? hmmm ..." Lisya menggumam, mencoba menghilangkan segala pertanyaan yang sering kali timbul di benaknya. kembali ia menghembuskan nafasnya yang masih terasa enggan untuk dikeluarkan. Lisya melirik jam tangan yang melingkar dilengannya, jarum jam telah menunjukkan pukul 10.25. sebentar lagi bel tanda istirahat berakhir. Namun baru beberapa siswa saja yang sudah memasuki ruang kelas, lebih dari setengah teman sekelasnya belum memasuki ruangan. Lisya mengangkat lengannya dan menariknya bersamaan kearah atas kepalanya. "hmmm,,,, semangat". Desisnya dalam hati.
"Lis," panggil Ani yang baru saja masuk ruang kelasnya. Langkah ani yang tergolong cepat mulai mendekati keberadaan Lisya.
"ada apa An" tanya Lisya dengan suara lembut. 
"aku dapat informasi, dengar-dengar siswa yang mendapat nilai murni matematika diatas 60,00 akan mendapat hadiah dari bu Mei" jelas Ana .
"emm,,, lantas apa hubungannya denganKu" tanya Lisya heran.
"Ya ampun,,, Lisya, apa kamu tak ada minat untuk mendapatkan hadiah itu, lumayan lhoo,,,, dah dapat nilai bagus, dapat juga hadiah, siapa yang tidak mau di beri hadiah Lisya"
"Iya,,, aku tahu, tapi apakah aku mampu? aku bodoh masalah Matematika Ana, belajar 1 Minggu penuh pun rasanya tidak mungkin untuk mendapat kan nilai Murni 60.00 " jelas Lisya panjang lebar.
"Lisya, apa sih yang tidak mungkin di dunia ini?  asalkan kamu mau berusaha dan belajar terus, insyaallah kamu bisa" 
Lisya hanya diam, seraya memikirkan kata-kata Ana yang baru saja di dengarnya. sementara Ana hanya menatap wajah Lisya yang tampak bingung. "Tettttt,,, tettt" suara bel berbunyi, Ana langsung duduk di samping Lisya yang masih saja diam tanpa kata. Selang beberapa menit Bu Mei yang mengajar mata pelajaran matematika itu pun masuk keruang kelas, suara siswa yang tadinya  ramai seperti pasar pagi yang baru saja membuka obralan baju murah, sesaat menjadi hening. Bu Mei mulai melakukan aktifitasnya diatas meja yang sudah menjadi kebiasaannya setiap jam mengajar. mulai membuka buku absensi dan mengabsen siswa satu  persatu.

“baiklah anak-anak , minggu kemarin ibu tidak bisa mengajar kalian karena ada urusan penting, tapi ibu sudah meninggalkan tugas untuk kalian, sudah dikerjakan belum?” Tanya bu Mei sambil mengambil buku yang ada di meja.
“sudah bu” jawab siswa hampir berbarengan.
“O, iya ibu ada informasi, ibu berniat untuk memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai matematika diatas 60,00 dengan hasil yang murni, ibu berharap dari sekian banyak siswa kelas IX di Sekolah kita ini ada yang mampu mencapainya, dan jangan lupa UN sudah dekat, jadi jangan bermalas-malas lagi dalam belajar, waktu bermainnya dikurangi, supaya bisa menghadapi UN dengan hasil yang bagus”. Jelas Bu Mei Hertati yang dikenal sebagai guru terapi di sekolah SMP N. 1 Harapan.
“Tuh kan bener, informasi aku tuh tidak salah Lis,” sambung Ana dengan suara lirih kepada Lisya yang lagi asyik menggoyang-goyangkan Pulpennya.
“kalau menurut aku Lis ya, aku yakin kamu pasti bisa untuk mendapatkan nilai di atas 60,00 itu, yakinlah, asalkan kamu mau berusaha” sambung Ana.
Lisya masih saja diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia masih asyik dengan pikirannya sendiri, tanpa memperdulikan ocehan-ocehan Ana juga Bu Mei yang sedang mengajar dikelasnya. Entah kenapa hari ini merupakan hari yang membosankan bagi Lisya. Padahal sudah berulang kali ia mengaturkan kata-kata semangat di benaknya. Tapi tetap saja itu tidak mengubah kebosanannya.
*** Beberapa minggu Kemudian ***
Lisya terlonjak kegirangan setelah mengetahui nilai Matematika diatas 60,00. betapa tidak hanya 5 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas 60,00. Ternyata usaha Lisya selama 1 minggu untuk lebih mengenali Matematika itu tidak sia-sia. Ia benar-benar mendapatkan hasil yang bagus di bandingkan dengan teman-temannya. Ditambah lagi NIM Ujian Nasional Lisya tidak kalah saingan dengan teman-temannya yang tergolong pintar disekolahnya.
Pendaftaran siswa baru jenjang SMA pun telah dibuka. Keinginan Lisya untuk melanjutkan sekolahnya ke SMA Negeri 1 Harapan pun terlepas. Karena keinginan yang berbeda dari dirinya dan orang tuanya. Orang tua Lisya yang menginginkan Lisya untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 2 Harapan tidak bisa Lisya kelaknya, apalagi itu merupakan pendapat ayahnya yang tergolong agak keras. Sekuat apapun alasan Lisya pasti tidak akan mengubah pikiran ayahnya. Namun Lisya tak berberat hati, jika itu bisa membuat ia tetap sekolah, sekolah dimanapun ia mau. Yang penting ia tidak putus sekolah.
Beberapa hari kemudian. Penerimaan siswa baru tahap pertama di SMA Negeri 2 Harapan telah diumumkan melalui media massa. Namun betapa Sedih dan Kecewanya Lisya karena ia tidak tertera dalam daftar nama siswa yang diterima di tahap pertama sementara ia telah didaftarkan oleh Kepala Sekolah. Lisya mulai mencari tahu kenapa ia tidak diterima di SMA Negeri 2 Harapan. Padahal jika dilihat dari NIM siswa yang diterima, NIM Lisya masih bisa dikategorikan lolos dalam penerimaan siswa tahap pertama.
Keesokan harinya, Lisya dan 2 temannya, Raffi dan Dien pergi menuju SMA negeri 2 Harapan dengan membawa berkas-berkas pendaftaran dan pesan dari Bu Mei yang mendukung tindakan Lisya.
Sesampai di SMA Negeri 2 Harapan, Lisya benar-benar bingung. Apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu, 1 orang pun tak ada yang ia kenal. Jangankan melihat mereka saja pun belum pernah. Akhirnya ia memberanikan diri menghadap seorang guru yang ada di ruang PSB. Rosdiana, yah, Rosdiana nama guru tersebut.
“Emm, maaf bu, mau tanya” sapa Lisya bersikap sopan.
“tanya apa ? “ jawab Bu Rosdiana
“kenapa nama kami tidak ada di daftar siswa yang diterima di SMA ini?” tanya Lisya dengan nada lembut dan gemetar.
“berarti kamu tidak diterima” jawab Bu Rosdiana agak Ketus.
“Tapi, maaf bu jika dilihat dari NIM kami, kami masuk di SMA ini” sambung Lisya dengan rasa takut dan gemetar.
“berapa NIM kamu?” tanya Bu’ Rosdiana dengan suara masih tergolong kasar.
“30,30” jawab Lisya mencoba tenang.
Bu Rosdiana terdiam seraya berfikir, diambilnya berkas-berkas yang dibawa oleh Lisya. “coba kamu menghadap Pak Luky” perintah Bu Rosdiana dengan suara yang sudah kembali lembut dan enak didengar. Disini lah Lisya dibuat bingung kembali, ia tidak pernah tahu dan tidak pernah kenal dengan yang namanya Pak Luky. Kesana kemri ia bersama temannya mencari yang namanya Pak Luky, bingung, takut, malu, ragu, itu yang dirasakan Lisya ketika itu. Akhirnya ia memberanikan diri bertanya kepada seorang guru yang ternyata itu adalah Pak Luky. Emm malu dech jadinya…
***
Dengan usaha yang butuh keberanian dan semangat yang kuat tanpa bantuan dan pendamping dari orang tuanya apa lagi dari saudaranya yang tidak pernah tahu bahkan tak ingin tahu tentang keluhan dan semangat Lisya hari itu. Akhirnya Lisya dan kedua temannya dapat mengikuti Tes penerimaan siswa baru tahap ke 2. Namun sangat disayangkan, salah satu dari temannya tidak lolos dalam tes tahap kedua. Emm…. Sedih bercampur gembira. Mungkin nasib itulah yang diberikan tuhan untuk temannya. Lisya tak dapat berbuat apa-apa selain berdoa semoga temannya masih tetap dapat melanjutkan pendidikannya disekolah lain.
Selesai



Dampak Positif dan Negatif Globalisasi di Bidang Ideologi


           
         Ideologi negara Indonesia adalah ideology Pancasila yang berarti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu sistem etika”.
            Ideologi Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, Negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagai dasar negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang terus berkembang.
            Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa indonesia,karena dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.
            Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa indonesia, jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.
            Akibat berkembang pesatnya globalisasi didunia, masyarakat Indonesia sudah mulai banyak yang mengikuti budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum dalam ideology kita. Hal ini merupakan contoh pengaruh negative globalisasi terhadap ideology pancasila. Yang semestinya tidak perlu untuk ditiru, karena pada dasarnya nenek moyang bangsa Indonesia memiliki sikap dan etika yang baik dan santun. Baik dalam berpakaian dan tingkah laku. Sekarang, dapat kita saksikan sendiri bagaimana masyarakat Indonesia dalam meniru gaya orang Barat. Hal yang mestinya tidak baik untuk ditiru jelas sangat bertentangan dengan ideology bangsa kita. 
Dampak negatif yang muncul akibat dari globalisasi untuk bidang ideologi adalah sebagai berikut :
1)      Menyebabkan keterpurukan bagi negara-negara lain yang tidak bisa menyeimbangkan arus globalisasi dan justru negara-negara maju tersebut melakukan eksploitasi untuk menyebarkan ajaran ideologi kapitalisme dan liberalisme.  
2)      Adanya prinsip pasar bebas dalam ideologi yang represif.
3)      Setiap negara akan terjadi akulturasi terhadap negara lain.

Dampak positif akibat globalisasi ideologi yaitu antara lain :
1)      Dapat mencontoh tekad suatu negara lain dalam menentukan arah dan tujuan cita-cita suatu bangsa.
2)      Meningkatkan pembangunan negara.
3)      Penduduknya bersifat supel dan memiliki integritas tinggi.

PAPER PPKN "PENGARUH GLOBALISASI DIBIDANG IDEOLOGI




BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang     
            Kami mengambil judul paper “Pengaruh Globalisasi terhadap ideologi” karena di Indonesia saat ini sedang berkembang pesatnya gobalisasi terutama dibidang teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu kami ingin membahas tentang globalisasi terhadap ideology di Indonesia.
            Ideologi Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, Negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagai dasar negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang terus berkembang.
            Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa indonesia,karena dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.
            Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa indonesia, jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.
            Dari faktor-faktor tersebutlah di butuhkan peranan pancasila sebagai dasar dan pedoman negara dalam menghadapi tantangan global yang terus meningkat diera globalisasi.
2. Maksud dan Tujuan Penulisan
            Maksud dan tujuan penulisan ini diharapkan pembaca dapat mengambil pedoman dari nilai-nilai ideology pancasila dalam menghadapi era globalisasi, sehingga bisa mengambil dampak positif dari globalisasi dan agar tetap bisa menjaga kepribadiaan dan jati diri bangsa dalam kehidupan bernegara dan nilai-nilai ideology kita.
 
BAB II
PEMBAHASAN
            Ideologi negara Indonesia adalah ideology Pancasila yang berarti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu sistem etika”.
            Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang dijunjung tinggi dan banyak lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab didunia. Kecenderungan menganggap acuh dan sepele akan kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab. Pembentukan etika bukan hal yang susah dan bukan hal yang gampang, karena berasal dari tingkah laku dan hati nurani. Semoga rangkuman ini dapat membuka pikiran akan pentingnya arti sebuah pancasila bagi kehidupan bangsa ini.
Ideology Pancasila
            Pancasila dianggap sebagai sebuah ideologi karena Pancasila memiliki nilai-nilai filsafat mendasar juga rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai sebuah landasan dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu juga, Pancasila merupakan wujud dari konsensus nasional, itu semua karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah sketsa negara moderen yang telah disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai-nilai dari kandungan Pancasila itu sendiri dilestarikan dari generasi ke generasi.
            Ideologi pancasila sendiri adalah suatu pemikiran yang beracuan Pancasila. Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional.
Pengaruh Positif dan Negatif Globalisasi di Bidang Ideologi

            Pancasila sebagai ideologi terbuka , pada prinsipnya dapat menerima unsur – unsur daru dari bangsa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai – nilai dasar pancasila . Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan pemahaman dan pengamalan pancasila selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman . Ini termasuk dari Dampak Positif. Sebaliknya , pengaruh negatif globalisasi harus diwaspadai, karena globalisasi mampu meyakinkan sementara masyarakat indonesia bahwa liberalisme dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran .

            Akibat berkembang pesatnya globalisasi didunia, masyarakat Indonesia sudah mulai banyak yang mengikuti budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum dalam ideology kita. Hal ini merupakan contoh pengaruh negative globalisasi terhadap ideology pancasila. Yang semestinya tidak perlu untuk ditiru, karena pada dasarnya nenek moyang bangsa Indonesia memiliki sikap dan etika yang baik dan santun. Baik dalam berpakaian dan tingkah laku. Sekarang, dapat kita saksikan sendiri bagaimana masyarakat Indonesia dalam meniru gaya orang Barat. Hal yang mestinya tidak baik untuk ditiru jelas sangat bertentangan dengan ideology bangsa kita. 

            Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.

            Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut .

            Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.

            Kita sebagai masyarakat Indonesia harus pandai memilah mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan ideology kita. Jangan sampai Kita terjerumus dalam suatu masalah yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur ideology kita yang disebabkan oleh perkembangan globalisasi didunia saat ini.
 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Kesimpulan dari makalah ini adalah bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan globalisasi, dengan demikian tidak dipungkiri lagi akibat dari perkembangan globalisasi akan timbul dampak positif dan negative dari globalisasi tersebut. Dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi mudah-mudahan bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia.
Saran
            Saran kami sebagai penulis kepada para pembaca diharapkan bisa tetap menjaga kepribadian bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi, serta bisa mengambil hal-hal positif dari efek globalisasi dengan tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara sehingga bisa membantu pembangunan dan per-kembangan negara.

 DAFTAR PUSTAKA

http://adf.ly/1392690/banner/http://abdulghanni.blogspot.com/2011/02/makalah-peran-pancasila-di-era.html
http://oktafitrifauzi.blogspot.com/2009/09/perbedaan-ideologi-pancasila-komunis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
http://ideologipancasila.wordpress.com/

Thursday, March 15, 2012

Rindu

Rasa ini kiand menjadi,,,
Meski ku tag dapat temukan WajahMu di hari"ku..
Mungkinkah aku dapat mempertahankan ini semua..
demi rasa yang kiand merenggut Pikiran ku,,

Sedih kadang bersangkar
dalam hati dan rasa...
Rindu kadang menyiksa ...
tag mau hilang ataupun pergi dari pikiraN dan perasaan,,
aku Perihh namun bahagia...
Aku sakitt namun kadang Tersenyum senang...

entahlah....
apa sebenarnya yang sedang aku alami..
mungkinkah ini karena Cintha atau ini hanya Karena Rindu...

Kutatap langit penuh Bintang...
tersenyum cerah ketika malam...
Kutitipkan salam ku...
salam Rindu Untuk Mu yang Diseberang Lautan...
Salam Cintha untuk Mu yang Jauh Dimata...
Salam Kasih Untuk Mu yang Selalu Dihati...

Satu Pintaku...
jangan Pernah Kecewakan Aku

Risti AS. ('IE')