BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini, terdapat banyak sekali usaha yang berkembang pesat dan melahirkan usaha –
usaha baru diberbagai bidang,terutama pada perkembangan teknologi. Saat ini
usaha-usaha dibidang teknologi menjadi tren yang sangat berkembang di
indonesia.Salah satu sektor teknologi yang banyak diminati oleh para pelaku
IT adalah bisnis ilmu teknologi.
Inovasi
merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi – solusi kreatif terhadap masalah –
masalah dan peluang – peluang tersebut,guna memajukan atau memperkaya kehidupan
manusia. Dalam memulai berbisnis seseorang harus berani mengambil resiko –
resiko ( risk taking ) contohnya dengan menggunakan uang tabungannya bahkan
untuk meminjam uang seakalipun hanya berdasarkan keyakinan bahwa ia sanggup
menghasilkan produk – produk yang berkualitas dan dengan biaya yang murah.
Dalam kaitanya dengan suatu bisnis , resiko merupakan kemungkinan kerugian yang
dihubungkan dengan asset dan potensial pendapatan perusahaan.
Seorang
entrepreneur yang baik, harus bisa menjadi seorang pemimpin yang mampu
mempengaruhi para karyawan untuk melakukan sesuatu pekerjaan sehingga karyawan
dapat memunculkan ide – ide serta kinerja terbaik dan seoran pemimpin juga
harus dapat melakukan pendekatan efektif bagi para bawahanya agar karyawan
dapat merasa dihargai dan secara tidak langsung mereka akan dapat memberikan
kontribusi penuh terhadap perkembangan perusahaan. Oleh karena itu peran
entrepreneurial leadership sangatlah penting untuk diterapkan dalam suatu kewirausahaan
karena hal itu salah satu kunci keberhasilan dalam perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa saja jenis usaha yang sukses sesuai cinta-cita?
2. Apa saja jenis usaha yang sukses di lingkungan sekitar anda sesuai cita-cita?
3. Siapa saja mahasiswa yang sukses menjadi pengusaha?’
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Entrepreneurship.
2. Dapat mengetahui jenis usaha yang sukses sesuai cinta-cita
3. Dapat mengetahui jenis usaha yang sukses di lingkungan sekitar anda sesuai cita-cita
4. mengetahui siapa saja mahasiswa yang sukses menjadi pengusaha
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jenis Usaha Sukses Sesuai Cita-cita
1. Warnet
Warnet Gue - Salman Aziz Alsyafdi
Warnet Gue adalah Waralaba
Warnet dan bukan jasa instalasi warnet. Jika Jasa Instalasi Warnet hanya
menyediakan komputer dan pemasangan komputer warnet lalu meningallkan anda
setelah selesai instalasi. Maka bersama Warnet Gue Anda akan mendapatkan
sistem menyeluruh terhadap usaha warnet seperti manajemen pegawai, supervisor,
pencarian pegawai, survei lokasi, ilmu warnet, furniture berkualitas, training,
pembinaan dan support selama kerjasama serta komputer2 dan furniture
berkualitas.
Berawal dari jual nasi goreng
dan buku foto kopian, bisnis Salman terus berkmebang ke segala arah. Dari
warnet dan penyewaan komputer, toko foto, hingga laundry, dan usaha salon.
Modalnya bukan uang, melainkan kejelian membaca peluang, kemauan dan
kreativitas.
Modal Utama Berusaha
Modal utama berusaha adalah
kemauan dan kreativias, bukan uang. Salman Azis Alsyafdi telah membuktikannya.
Bisnisnya dirintis tanpa modal uang sepeser pun. Yang dilakukannya adalah
jual beli - ya, jual beli, bukan berjualan nasi goreng.
Begini kisahnya. Pada tahun
2003, sebagai siswa SMU Insan Cendekia sekolah berasrama (boarding school) di
Serpong, Salman dan kawan-kawan tak jarang merasa bosan dengan menu makanan
yang disediakan pihak asrama. Mau mencoba makanan lain tidak bisa, tidak
ada kantin yang menjual jajanan. Namun keadaan ini justru menggelitik naluri
bisnis Salman. la menanyakan siapa saja yang ingin membeli makanan di luar
asrama. Lalu bersama dua rekannya, ia naik sepeda hingga 3 km mencari
tukang nasi goreng yang murah dan enak, dan menjualnya lagi kepada pemesan
tadi.
Usaha ini tidak membutuhkan
modal sama sekali, karena sebelum membeli makanan ke pedagang ia sudah meminta
uangnya kepada siswa yang ingin beli. Wajah Salman menerawang, namun bibirnya
menyungging senyum. "Saya mengingat peristiwa itu seolah seperti baru
kemarin," katanya.
Jika Salman begitu terobsesi
dengan berwirausaha, itu gara-gara ketika
ia masih duduk di bangku SMU bapaknya memberikan buhu berjudul Rich Dad Poor
Dad, karya fenomenal Robert T. Kiyosaki. Ia mengaku menemukan sebuah pilihan
hidup yang sangat menarik karena terinspirasi buku itu, pilihan untuk menjadi
pengusaha. "Sebagai manusia saya tidak ingin untuk mengikuti arah arus
yang ditetapkan sejumlah orang. Saya ingin menciptakan arus itu sendiri,"
ujarnya.
Tamat dari sekolah berasrama ini, pria kelahiran Jakarta, 11 Februari 1986 ini diterima di Fakultas llmu Komputer (Fasilkom) UL Melihat buku-buku teks kuliah di Fasilkom yang begitu besar dan tebal, serta jumlah mahasiswanya yang mencapai ratusan, muncul gagasan untuk berjualan foto kopian buku. Untuk berbisnis buku foto kopian ini ia membagikan selembar kertas kepada teman-temannya sesama mahsiswa. Isinya, "Bagi yang ingin pesan buku foto kopian silakan tulis di sini." Karena jumlah mahasiswa Fasilkom tiap angkatannya cukup besar, jumlah yang memesan buku foto kopian ini cukup banyak. Uang muka pesanan inilah yang menjadi modal Salman untuk membeli buku aslinya. Pembayaran kepada tukang foto kopi dilakukan secara mencicil, seiring dengan pelunasan biaya buku foto kopian oleh teman-temannya.
“Sebagai manusia saya tidak ingin mengikuti arah arus yang ditetapkan sejumlah orang. Saya ingin menciptakan arus itu sendiri.”
Tamat dari sekolah berasrama ini, pria kelahiran Jakarta, 11 Februari 1986 ini diterima di Fakultas llmu Komputer (Fasilkom) UL Melihat buku-buku teks kuliah di Fasilkom yang begitu besar dan tebal, serta jumlah mahasiswanya yang mencapai ratusan, muncul gagasan untuk berjualan foto kopian buku. Untuk berbisnis buku foto kopian ini ia membagikan selembar kertas kepada teman-temannya sesama mahsiswa. Isinya, "Bagi yang ingin pesan buku foto kopian silakan tulis di sini." Karena jumlah mahasiswa Fasilkom tiap angkatannya cukup besar, jumlah yang memesan buku foto kopian ini cukup banyak. Uang muka pesanan inilah yang menjadi modal Salman untuk membeli buku aslinya. Pembayaran kepada tukang foto kopi dilakukan secara mencicil, seiring dengan pelunasan biaya buku foto kopian oleh teman-temannya.
“Sebagai manusia saya tidak ingin mengikuti arah arus yang ditetapkan sejumlah orang. Saya ingin menciptakan arus itu sendiri.”
Salman tak pernah berhenti
mencari peluang baru. la mengamati banyak sekali mahasiswa Fasilkom yang
membutuhkan komputer, sarana wajib bagi perkuliahan mereka. Para mahasiswa dari
fakultas lain pun banyak yang membutuhkan komputer untuk membantu menyelesaikan
tugas-tugas. Namun di waktu itu, awal tahun 2004, belum ada toko komputer yang
menjual komputer murah branded.
Biodata Salman Aziz Alsyafdi
Di Jakarta, pada tanggal 11
Februari 1986 telah lahir seorang laki-laki bernama Salman Azis Alsyafdi.
Salman merupakan salah satu pengusaha muda yang bisa dibilang sangat sukses!
Jiwa wirausahanya sudah timbul sejak dia kecil.
Salman sangat jeli melihat
setiap peluang, setiap permasalahan dijadikan lading bisnis olehnya. Ketika
Salman duduk dibangku SMU, saat itu dia masuk kedalam sekolah asrama.
Disekolahnya, salman sering merasa bosan dengan menu makanan yang sering
dihidangkan oleh pihak sekolah. Karena keadaan inilah Salman mulai mencoba
peluang bisnis yang pertama yaitu berjualan! Tapi yang dilakukan Salman
berbeda, dia tidak menjual makanan melainkan menjual jasa pembelian makanan.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah, Salman menanyakan kepada teman-temanya
siapa saja yang ingin membeli makanan diluar. Setelah mencatat pesanan
teman-temanya, Salman yang dibantu dua temannya yang lain keluar asrama dan
mencari tukang nasi goring yang enak dan yang paling murah. Begitulah cara
Salman berwirausaha. Tidak perlu modal sedikitpun asalkan mempunyai niat dan
kerja keras maka segala sesuatu pasti akan terjadi! There is nothing
impossible as long as we want to try.
Setelah tamat SMA, Salman
melanjutkan studynya di Universitas Indonesia. Selama Salman kuliahpun
dia tetap mencoba untuk berwirausaha. Usaha yang dilakukan sering sekali tidak
menggunakan modal sama sekali, contohnya berjualan buku Foto kopian kepada
teman-teman mahasiswa, berjualan komputer rakitan. Bahkan waktu Salman kuliah
dia berhasil mendirikan sebuah usaha warnet. Bersama temanya dia mulai merintis
warnet yang dinamakan warnet gue.
Dalam merintis sebuah warnet,
ternyata jalan Salman tidak semulus jalan TOL. Banyak hambatan yang dia temui.
Dari mulai kekurangan modal hingga diancam karena persaingan tapi semuanya
dijadikan Salman sebagai pemicu untuk berusaha lebih keras lagi.
Kini usaha warnetnya tersebar
di daerah Tanggerang. Tidak hanya itu Salman juga membuka usaha penjualan dan servis
komputer didaerah Serpong. Semua ini tidak akan tercapai tanpa adanya kerja
keras dan tekad yang tinggi.
2. Toko Komputer
Harli-Vivi Komputer
- Harli Sadono & Sonia
Viviani
Di dunia
modern sekarang ini, tidak ada jaminan seorang sarjana mudah mendapat
pekerjaan. Berbagai perusahaan semakin selektif menerima karyawan. Persaingan
makin tinggi. Ujung-ujungnya, mereka yang tersisih malah menambah angka
pengangguran.
Jika ditarik
lebih dalam, tingginya angka pengangguran juga berkaitan dengan paradigma
kebanyakan mahasiswa yang berpikir untuk ''bekerja kepada orang lain''. Setelah
lulus, mereka sibuk melamar bekerja di mana-mana, bukan berpikir untuk membuka
usaha sendiri.
Pola pikir ini bukan datang tiba-tiba. Sejak kecil, orangtua kerap menjejali pemikiran anaknya agar bercita-cita jadi pilot -misalnya- yang notabene bekerja kepada orang lain. Bukan mengarahkannya menjadi pengusaha (bekerja kepada diri sendiri dan untuk orang lain).
Memulai berbisnis sejak mahasiswa adalah sebuah pilihan. Apalagi jika ingin meraih kesuksesan di bidang finansial lebih cepat. Modal bukanlah hambatan. Simak pengakuan Harli Sadono dan Sonia Viviani. Sepasang kekasih ini hanya bermodal Rp 1 juta untuk berjualan hardware komputer.
Ditemui di AMD Center, tokonya di Jalan Wonodri Krajan III/67, Semarang, Harli mengaku memulai usahanya sejak kuliah, tepatnya tahun 2003. Semula hanya menawarkan jasa kepada teman kuliah yang ingin membeli komputer. ''Waktu itu, kita keliling dari toko ke toko, juga mendatangi sesama teman kuliah, untuk menawarkan produk,'' kata Harli.
Dua tahun kemudian, 2005, ia sudah punya toko sendiri. Kini AMD Center menjadi distributor resmi dari Jakarta. Dengan laba bersih sekitar Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per bulan, lulusan Sistem Informatika Udinus Semarang ini mampu membuka lapangan kerja bagi teman-teman semasa kuliah.
''Yang penting jangan pantang menyerah. Meski berawal dari modal kecil, namun karena yakin, usaha ini berkembang dengan pesat seperti sekarang.''
3. Konter
Ivena Cell - Riana Dyaningstyas
Riana
Dyaningstyas, seorang ibu muda kelahiran 1982, begitu senang berbisnis untuk
mengisi waktu luang. Bermodal uang sebesar Rp. 3.000.000 ia membuka took pulsa fisik
maupun pulsa elektrik di rumahnya sendiri pada tahun 2005.
Dana tersebut
digunakannya untuk membeli etalase seharga Rp.900.000 (berukuran sekitar 180 cm
dengan rak dua tingkat). Satu juta rupiah dialokasika untuk membeli pulsa yaitu
Rp.500.000 untuk voucer pulsa fisik dan Rp.500.000 untuk pulsa elektrik. Persediaan
kartu perdana diberli sekitar Rp.400.000 dan sisanya sebesar Rp.700.000
dibelanjakan untuk membeli ponsel bekas, casing, dan aksesoris ponsel.
Pada tahun
2007, ia memutuskan untuk mengembangkan usahanya dengan menyuntikkan modal Rp.
10.000.000. Modal tersebut digunajan untuk menambah barang grosiran dan pulsa
elektrik. Selain itu karena sempat menangguk kerugian akibat pembeli tidak
langsung membayar, kini tokonya tidak lagi memberi hutangan bagi pembeli.
Ivena Cell
juga memiliki jaringan dowline pulsa elektrik sebanyak delapan puluh buah.
Namun transaksi yang aktif hanya sekitar 40 Downline. Jumlah transfer dana
pulsa elektrik perhari mencapai Rp. 5.000.000 hingga Rp.6.000.000 dengan
keuntungan Rp. 150 per transaksi.
Jika setiap
konter bawahannya bisa melakukan transaksi sepuluh kali perhari, keuntungan
dari empat puluh konter saja sudah mencapai Rp. 150 x 10 transaksi x 40 konter =
Rp. 60.000 perhari. Sementara itu, keuntungan perbulan Sebesar 30 hari x Rp.
60.000 = Rp. 1.800.000
Margin
penjualan voucer di Ivena Cell sekitar Rp. 1.000 – Rp.2.000 per transaksi. Biasanya
persediaan pulsa habis dalam jangka
waktu satu hingga dua minggu.
2. Jenis
Usaha Sukses di Lingkungan Sekitar sesuai Cita-cita
- Warnet – Jasa Pengetikan
Nasa Komputer – Rudi Antonius
& Dedy Saputra
Warnet Nasa Komputer
adalah jenis usaha yang di bangun pada tahun 2009 oleh Rudi Antonius dengan
bantuan modal Dedy Saputra. Dua kakak beradik ini mempunyai keinginan yang sama
untuk merubah nasib menjadi lebih baik, dan tentunya ingin sukses.
Dengan
bermodalkan uang berkisar Rp. 25.000.000 Warnet Nasa Komputer dapat dibangun, awalnya
khawatir dengan perkembangan usaha ini nantinya. Karena berdasarkan faktanya,
di daerah ini (Martapura) tidak ada warnet yang bertahan lama, setahun dua
tahun sudah tutup.
Alhamdulillah,
Warnet Nasa Komputer sudah berjalan selama 4 Tahun. Pengunjungnya pun tidak
hanya dari 1 daerah bahkan banyak juga yang dari kabupaten lain. Setiap usaha
pasti tidak luput dari yang namanya kendala, baik fasilitas maupun sarana juga
karyawan. Namun itu tidak menjadi penghalang, Pemilik Nasa Komputer tetap
memperbaiki dan mampu mengatasi kendala tersebut. Untuk saat ini penghasilan Bersih Nasa Komputer Mencapai
Rp. 7.000.000 per Bulan. Pemilik Warnet Nasa Komputer pun dapat mencari
pendapatan dari jenis usaha lain karena Warnet Nasa Komputer sudah mempunyai 2
Karyawan.
Warnet Nasa
Komputer terletak di daerah yang strategis di Jalan Merdeka Dusun IV Cidawang
Martapura Kab. OKU Timur.
- Konter
An-Nur Cell - Supri
An-Nur Cell
adalah usaha konter Handpone dan Aksesories handpone yang juga melayani servis
Handpone. Modal awal usaha ini Rp.20.000.000. Kini penghasilan bersih perbulan
yang di dapat dari Konter ini mencapai Rp. 10.000.000.
An-Nur Cell
terletak Di Cidawang Martapura kel. Paku Sengkunyit Martapura. Memiliki 3
Karyawan 2 untuk Shif siang 1 untuk shif malam. Menurut saya An-Nur Cell merupakan
konter yang menjual dengan harga miring dari pada yang lain. Oleh sebab itu banyak
pengunjung yang berdatangan di An-Nur Cell. Sehingga menambah penghasilan untuk
konter An-Nur Cell.
3. Mahasiswa Yang Sukse Menjadi Pengusaha
a. Jualan Gorengan –
Riyand
Semua orang tentu mengenal
makanan gorengan. Bukan hal sulit menemukan penjual gorengan di jalanan. Tidak
bisa dipungkiri, banyak orang yang doyan makan gorengan.
Fenomena ini rupanya ditangkap
oleh Riyadh Ramadhan, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, lulusan SMA Al Hikmah
Surabaya. Dia jeli melihat makanan gorengan sebagai potensi untuk berbisnis.
Riyadh menceritakan, aktivitas bisnisnya sebenarnya sudah dimulai sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika itu dia biasa menjual mainan anak-anak dan gambar tempel kepada teman-teman sekolahnya. Dia mengatakan inspirasi menjadi pebisnis didapat dari kedua orang tuanya yang juga pebisnis yang sukses mengelola lembaga pendidikan.
Proses Riyadh terjun ke bisnis makanan gorengan ini dimulai ketika dia masih berusia 16 tahun, saat masih duduk di bangku SMA. Tahun 2009, berawal dari hobi memasak dan melihat peluang usaha, dia berinisiatif menjual gorengan kepada teman-teman sekolahnya. Semua itu awalnya dia lakukan secara otodidak.
"Saya melihat di Surabaya banyak penjual gorengan, lalu saya berpikir untuk membikin sendiri," kata Riyadh. Dengan restu dan izin kedua orang tuanya, Riyadh memulai bisnis gorengannya di sekolah. Awalnya dia sempat merasa risih dan malu karena banyak teman yang mengejeknya. Namun dia tetap berpikir positif untuk terus mengembangkan bisnisnya. Setelah berjalan setahun ternyata bisnis gorengannya makin laris hingga dia berpikir untuk membuka kafe gorengan di mal.
Dengan bekal keuntungan setahun dan bantuan dana dari orang tuanya, Riyadh mulai membuka kafe gorengan di salah satu mal di Surabaya dengan nama Go Crunz. Di kafe itu dia menyediakan menu gorengan, seperti kentang, jamur, ayam, dan otak-otak ikan. Selain gorengan, dia juga menyediakan beragam pilihan minuman. Dengan harga Rp 6.000-Rp 9.000 per kotak yang berisi empat sampai lima gorengan ternyata banyak orang menyukai gorengan Riyadh. Tak seberapa lama, dia pun membuka dua gerai baru.
Dari ketiga gerai itu, total omzet yang didapatnya mencapai Rp 120 juta per bulan, dengan laba sekitar 40 persen dari omzet. Pada Oktober 2010 Riyadh pun resmi menawarkan kemitraan usaha. Hingga kini Riyadh telah memiliki 12 gerai usaha yang tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Bekasi, Malang, dan Balikpapan.
Meraih kesuksesan di usia muda mungkin menjadi impian banyak orang. Namun bagi Riyadh Ramadhan impian itu kini telah diraihnya menjadi kenyataan. Bisnis gorengannya tumbuh cukup 'subur'. "Saya ingin beberapa tahun ke depan bisa go international," ucapnya.
Kisah sukses bisnis gorengan berhasil mengantarkan Riyadh dinobatkan sebagai Entrepreneur Termuda 2010 versi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
b. Tas 'GEMBOOL' –Vidia Chairunnisa
Peluang WiraUsaha di bidang
Fashion masih sangat menjanjikan, kesuksesan Vidia Chairunnisa (25) merupakan
salah satu contoh. Ketika masih berkuliah di Fakultas Teknologi Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Vidia melihat peluang yang besar untuk berbisnis.
Vidia melihat adanya kebutuhan teman-teman untuk tampil modis dengan modal
bersahabat. Alhasil, tahun 2009 Vidia memberanikan diri berdagang tas-tas murah
yang Vidia ambil dari Bandung. Tak disangka, ternyata laku keras! Vidia pun
mulai coba-coba ikut pameran untuk meraup pasar yang lebih luas.
Karena terbatasnya desain tas
yang Vidia beli jadi, setahun kemudian Vidia pun mulai membuat tas sendiri
dengan label Tas Lutjuw. Vidia memodifikasi desain yang sudah ada dari majalah
dan internet, lalu Vidia minta dibuatkan oleh perajin tas di Bogor. Vidiangnya,
sistem jasa pembuatan barang ke pihak lain yang disebut makloon ini lemah dalam
hal quality control pengerjaan. Vidia juga tidak bisa menetapkan material atau
aksesori yang digunakan. Produk Vidia pun tak maksimal karena Vidia dipaksa
membeli material berkualitas rendah yang telah mereka sediakan dengan finishing
seadanya.
Tidak puas dengan hasilnya,
akhirnya tahun lalu Vidia nekat membuat workshop sendiri dan mulai meluncurkan
produk dengan label Gembool. Vidia pun mempekerjakan 50 wanita perajin di
kampung Cihampea, Bogor, untuk membuat tas-tas yang kemudian Vidia beri label Gembool
(baca: gembul). Ide nama ini datang dari konsep tasnya yang fun, warna-warni,
dan terasa dekat dengan remaja. Kata gembul juga identik dengan banyak uang dan
makmur. Harapannya, sih, rezeki bisa lancar.
Vidia sengaja membidik pasar
remaja wanita karena lebih menguntungkan. Namanya juga anak ABG, biasanya
centil, konsumtif, dan sering gonta-ganti tas yang dipadu-padankan dengan
busananya.
Dalam riset pasar yang Vidia
lakukan, remaja mencari produk yang trendi, tapi harganya murah, sesuai dengan
daya beli mereka. Jadi, pemilihan bahan pun Vidia sesuaikan untuk menekan biaya
produksi dan harga jual. Meskipun menggunakan material yang biasa, Vidia
meningkatkan kualitas produk lewat finishing yang rapi. Ini yang menjadi
kekuatan Gembool. Produk Gembool yang handmade terjaga betul kerapian jahitan
dan lemnya. Kami juga memberikan layanan garansi hingga setahun untuk reparasi
gratis bila terjadi kerusakan.
Agar bisa kompetitif di pasar,
Vidia berusaha terus update perkembangan tren. Misalnya saja, tren yang
berkembang saat ini adalah model-model tas ala Korea, maka produksi tas Vidia
banyak memodifikasi model-model ala Korea yang banyak bermain di warna-warna
pastel, tabrak warna, dan animal printing.
Pasar remaja itu sensitif
terhadap desain yang up to date, bervariasi, dan harga ketimbang kualitas
material. Karena itu, Vidia harus bisa menyediakan barang-barang trendi yang
murah meriah. Karena remaja suka warna-warna ngejreng, Vidia pun menyediakan
banyak pilihan warna. Untuk tiap desain tas tersedia 8-10 pilihan warna,
sedangkan untuk dompet maksimal diproduksi 15 warna yang berbeda. Tiap dua
bulan sekali Vidia mengeluarkan 2-3 model baru
Memaksimalkan Jaringan Reseller
Dalam seminggu, Vidia bisa
memproduksi 10 lusin tas dan 25 lusin dompet (termasuk sarung ponsel dan
organizer). Harga dompet antara Rp45.000-Rp115.000, sedangkan tas
Rp125.000-Rp179.000.
Untuk pemasaran, Vidia bekerja
sama dengan banyak toko online besar, seperti lazada, zalora, blibli. Selain
itu, Vidia memiliki sekitar 50 reseller yang tersebar di Pulau Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga ke negeri jiran.
Kebanyakan resellers ini menjual
kembali produk Vidia lewat media sosial dan toko online mereka dengan sistem
drop shipping. Tidak ada syarat minimum order bagi reseller untuk mendapat
potongan harga sebesar 15% per unit. Ada juga reseller yang rutin membeli
minimum Rp5 juta sekali order. Biasanya, mereka akan menjual produk Vidia di
toko offline mereka. Untuk membantu penjualan para reseller, Vidia menyediakan
katalog produk. Dengan perpanjangan tangan seperti ini, Vidia berhasil meraup
omzet rata-rata Rp200 juta - Rp250 juta per bulan.
Setelah berhasil dengan lini
remaja, Vidia mulai terpikir mengembangkan Vidiap dengan menyasar wanita dewasa
di bawah label Bagtitude, sejak November lalu. Pilihan warnanya lebih
konservatif, yaitu cokelat, hitam atau ivory dengan penggunaan material yang
lebih baik. Harga jualnya pun lebih tinggi, yaitu minimal Rp350.000.
c. Kuliner Aqiqah – Andi Nata
Andi Nata seoarang Mahasiswa Universitas
Indonesia, berhasil mengembangkan usaha masakan aqiqah. Aqiqah adalah
menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran seseorang anak sebagai tanda
syukur bagi kaum muslim. Andi juga membagi cara bagaimana sukses mengelola
usaha kuliner Aqiqah hingga beromzet ratusan juta rupiah per bulan. Berikut
triknya
Ia mengaku menekuni bisnis kuliner tidak selalu
bisa masak. Berkaca pada kemampuannya yang sama sekali tidak bisa masak namun
ingin punya bisnis kuliner, dirinya harus mencari juru masak handal. Sangat
susah mencari juru masak yang enak dan mau diajak kerjasama. Tak habis akal
Andi pun melancarkan berbagai trik, salah satunya bersilaturahmi atau
mengunjungi orang-orang yang menjadi target. Ini kata andi
Ya, dengan niat bersilaturahmi orang tak akan
mungkin mengusir saya, walaupun kenal saja tidak. Sambil main ke rumah juru
masak yang saya incar, hampir tiap hari tidak lupa membawa jajanan, seperti
coklat, biskuit, dan lain-lain untuk anaknya, ya istilahnya nyogok
Akhirnya, hampir 2 minggu silaturahmi sambil
mengungkapkan keinginan tulusnya, akhirnya si juru masak yang menjadi target
itu mau. Si juru masak mau jalin kerjasama.
Apa yang membuat usaha aqiqah yang diberi nama
Raja Aqiqah. Klaim Andi tidak lain karena kualitas bahan utama dan cita rasa
masakannya yang jauh dibandingkan yang lain. Bahan bakunya bukan kambing
seperti pada umumnya, tapi daging domba yang merupakan perkawinan domba Afrikan
F1 dengan domba Jawa Barat. Hasilnya dagingnya empuk dan tidak amis, apalagi
yang paling utama tidak mengandung kolestrol
Keunggulan tersebut membuat pelanggannya senang,
dan menjadikan rekomendasi para calon pelanggannya yang lain. Tidak kurang
dalam sehari 2-5 domba yang disembelih atau rata-rata 100 domba tiap bulan.
Perhitungan bisnis Andi sederhana, dalam sebulan tidak kurang ada 1.000 acara
aqiqah hanya di Jakarta saja. Kalau saya ambil pasar 2% saja, sudah besar
sekali. Ia menyatakan saat ini omzet bisnisnya bisa mencapai Rp 400 juta per
bulan.
d. Warnet – Salman Azis Alsyafdi
Ini adalah kisah sukses seorang pelajar
yang bisa melihat peluang. Dimulai dari asrama hingga membuka usaha di luar
kampusnya. Dia bernama Salman Azis Alsyafdi, S.kom.
Awal dia mengambil dari keuntungan nasi goreng
yang dia beli kemudian d jual lagi kepada para siswa di asramanya, usahanya ini
tanpa modal sama sekali hanya mengandalkan kemauan untuk berusaha. Salman tidak
begitu saja mau terjun lebih jauh lagi, sejak membaca buku berjudul Rich Dad
Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki. Kata-kata yang masih ia ingat dalam buku
tersebut adalah “Sebagai manusia saya tidak ingin untuk mengikuti arah arus
yang di tetapkan sejumlah orang. Saya ingin menciptakan arus itu sendiri.”
Tamat dari asrama, pria ini di terima di Fakultas
Ilmu Komputer (Fasilkom) UI. Di tempat ini juga dia mendapatkan inspirasi untuk
berbisnis buku foto kopian. Dengan strategi menyebarkan selebaran-selebaran
kepada teman-temannya. Modal untuk usaha ini dia belikan buku aslinya untuk di
perbanyak. Peluang ia cari terus hingga memiliki ide untuk membuka usaha
menjual koputer rakitan untuk para mahasiswa.
Dengan mengubah suatu masalah menjadi sebuah
peluang, Salman berinisiatif membuka sebuah warung internet dengan modal yang
ia kumpulkan dan sebagian meminta kepada orang tuanya. Usaha ini di sambut
dengan baik oleh pemimpin asrama Pak Umar. “Warnet gue” nama yang dipakai agar
mudah di ingat dan familiar. Tidak hanya sukses d sini saja Salman pun membuka
usaha warnetnya di luar asrama.
Hidup memang tidak selalu sesuai dengan yang kita
harapkan, usaha warnet keduanya ini pun memiliki kendala mulai persaingan harga
hingga didatangi sekelompok preman yang membawa senjata tajam. Warnet ini pun
tutup karena prospek yang tidak menjajikan.
Tidak berhenti Salman berusaha membuka usaha
warnetnya d berbagai daerah antara lain Pamulang, Ciputat dan di wilayah
Tangerang,Banten. Hingga dia meraih juara 2 kategori mahasiswa program diploma
dan sarjana lomba wirausaha muda mandiri 2007.
e. Pengusaha Tempe – Teguh Wakyudi
Teguh
Wahyudi, Presiden Direktur Sariraya co. ltd adalah satu dari
contoh mahasiswa Indonesia yang sukses membangun jaringan bisnis di negeri
sakura. Bukan hanya aktif mengelola usahanya yang kian meluas, tetapi juga
aktif dalam setiap kegiatan masyarakat Indonesia di Jepang, khususnya di Kota
Nagoya.
Bahkan untuk kegiatan Iedul Fitri kemarin, Teguh
Wahyudi memiliki andil besar, member jaminan pada pihak kepolisian, bahwa
kegiatan ini adalah murni ritual keagamaan dan tidak akan berdampak keributan.
Maklum pihak kepolisian jepang, masih khawatir dengan berita di TV jepang,
bahwa pelaksanaan pembagian zakat yang merupakan ritual keagamaan Islam, di
pasuruan sempat menimbulkan banyak korban jiwa.
Ketika saya diundang datang ke pabrik tempe
miliknya usai khutbah Iedul Fithri, Teguh Wahyudi menuturkan pengalamannya:
semua ini berawal dari kegiatan pembuatan tempe untuk dikonsumsi sendiri (atau
sebagai aktiviats di waktu luang/hari libur) . Kegiatan tersebut pertama kali
dilakukan akhir Agustus tahun 2003, di tempat Kakak (Anjo-shi, Aichi-ken,
Japan).
Kegiatan tersebut bertahan sampe awal November
2003, dan sebagai akhir dari kegiatan, sempat produk tempe tersebut di
promosikan ke Toko halal food yang ada di wilayah Anjo-shi dan sekitarnya,
Alhamdulillah hasil produksi tempe sebagai pengisi waktu luang akhirnya bisa
diterima oleh halal food dan masyarakat Indonesia yang ada di Mikawa dan
sekitarnya.
Tanggal 30 Maret 2004 saya kembali lagi ke
Jepang, saat itu saya membawa Visa study, waktu itu kakak berusaha membantu
mencarikan sekolah sekaligus menguruskan Elegebilitynya. Tanggal 30 Maret 2004 yang ke
dua kali saya datang ke Jepang, dengan tugas utama adalah belajar.
Disamping belajar saya juga ada kerja Partime
(Arubaito), karena
sabtu dan minggu saya libur saya memulai lagi untuk membuat tempe, ada usulan
dari teman-teman, (Untuk menjual produk tempe tersebut ke Apato-apato atau
tempat tinggal teman-teman Indonesia. Akhirnya usulan itu saya coba, dan
mulailah keliling di (Nishio, Hekinan dan Anjo) dengan mobil Kakak, dan pertama
kali keliling adalah kakak yang menemaninya.
Kemudian ada usulan lagi dari temen supaya yang
dikelilingkan jangan tempe saja, namun ditambah produk-produk Indonesia yang
merupakan kebutuhan sehari-hari.
Berawal dari situlah, setiap hari Sabtu dan Minggu keliling dengan membawa tempe dan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian mulailah menjalin kerja sama dengan Nanyang Trading, Perusahaan Importir produk-produk Asian termasuk produk Indonesia.
Berawal dari situlah, setiap hari Sabtu dan Minggu keliling dengan membawa tempe dan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian mulailah menjalin kerja sama dengan Nanyang Trading, Perusahaan Importir produk-produk Asian termasuk produk Indonesia.
Semakin hari, semakin bertambah pelanggan dan
permintaan, sebagai alternative adalah mengunakan mobil one box, untuk
armada keliling. Sekitar bulan Juni 2004 saya mengunakan mobil one
box untuk armada keliling. Karena Semakin hari jumlah barang semakin banyak,
akhirnya pada bulan July 2004 hidjrah ke Hekinan, dan dihekinan itulah sebagai aktifitas
keseharian. Supaya mudah di ingat oleh Masyarakat dan konsumen, Kakak
mengusulkan nama SAHABAT.
Dengan nama SAHABAT itulah kami memiliki usaha kecil-kecilan, disamping setiap Sabtu & Minggu keliling juga ada toko kecil yang konsumennya temen-temen di di Hekinan dan Nishio. Karena ingin terus maju, sekitar bulan November 2004 sahabat pindah lokasi di Wilayah Nishio (pusat kota Nishio), dengan tempat baru itulah akhirnya nama SAHABAT berubah dengan nama SARIRAYA.
Karena Sariraya terus ingin maju dan berkembang, maka satu-satunya jalan supaya memiliki pondasi dan diakui keberadaannya oleh pemerintah Jepang, maka di daftarkan lah SARIRAYA sebagai Perusahaan Indonesia di Jepang pada bulan Desember 2004.
Dengan nama SAHABAT itulah kami memiliki usaha kecil-kecilan, disamping setiap Sabtu & Minggu keliling juga ada toko kecil yang konsumennya temen-temen di di Hekinan dan Nishio. Karena ingin terus maju, sekitar bulan November 2004 sahabat pindah lokasi di Wilayah Nishio (pusat kota Nishio), dengan tempat baru itulah akhirnya nama SAHABAT berubah dengan nama SARIRAYA.
Karena Sariraya terus ingin maju dan berkembang, maka satu-satunya jalan supaya memiliki pondasi dan diakui keberadaannya oleh pemerintah Jepang, maka di daftarkan lah SARIRAYA sebagai Perusahaan Indonesia di Jepang pada bulan Desember 2004.
Sebagai syarat untuk mengurus dokumen perusahaan
diperlukan Bukti ke pemilikan rekening tabungan yang dikeluarkan oleh Bank
setempat. Setelah beberapa Bank kami coba tidak satupun bank mau mengeluarkan
bukti kepemilikan tanbungan untuk mendirikan perusahaan. Namun niat kami terus
ingin mencoba dan berusaha, Alhamdulillah setelah 5 Bank kami masuki, yang
terahkir Okazaki Bank bersedia mengeluarkan bukti kepemilikan rekening tabungan
atas nama saya. Dengan kelengkapan yang sudah kami siapkan, untuk proses
selanjutnya kami serahkan ke NOTARIS guna pengurusan selanjutnya.
Oleh karena itu, Sariraya barangkali satu-satunya
perusahaan di Jepang yang didirikan oleh Putra-putri Indonesia, dengan pendiri
DR. Suyoto Rais, Teguh Wahyudi, Tri Umiati . Sariraya berusaha ingin selalu
maju dan berkembang, dengan pengelolaan menegemen yang saat ini dibantu oleh
sahabat-sahat Jepang pecinta untuk Indonesia. Sariraya berharap dengan
melibatkan sahabat-sahabat Jepang pecinta untuk Indonesia, ini adalah sebagai
langkah awal untuk SARIRAYA bisa diterima oleh Masyarakat Jepang pada umumnya,
dan Sariraya bisa berkembang menjadi perusahaan dwi-nasional dan sekaligus
media persahabatan antara rekan-rekan Indonesia dan sahabat-sahabat Jepang.
Disamping bisnis, kami jugas mengadakan perkenalan musik/ budaya Indonesia,
charity concert (misalnya Save Aceh di Aichi dan Osaka, Mei 2005) dan kegiatan
amal/ persahabatan lainnya.
Bisnis SARIRAYA Co.,Ltd. meliputi: Produksi Tempe
di Yonezu Nishio, Produksi Keripik Tempe di Yonezu Nishio, Produksi O-Bento di
Nishio, Restoran di Nishio, Swalayan di Nishio, Impor Produk Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap pengusaha tentunya berkeinginan menjadi
pengusaha yang sukses, terampil dengan sikap yang baik kepada pelanggan
sehingga punya banyak langganan. Maka dari itu untuk membuat usaha patinya membuat
perencanaan terlebih dahulu, yang merupakan program yang harus dilakukan.
Berdasarkan keterangan yang telah di uraikan,
maka dapat di ambil kesimpulan antara lain :
1)
meningkatkan kesuksesan
mayarakat terhadap barang yang diperjualbelikan maka dapat dilihat dari aspek
warna, aroma, rasa, tekstur, pengepakan atau pembungkusannya dan kerenyahan
maupun kegurihan, karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi keputuan
pembelian.
2)
penulis menyimpulkan bahwa
usaha yang dijalani mungkin ada kesulitan baik dari pembuatan, pemasaran, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://inspirasiusahasukses.wordpress.com/2012/03/27/satu-lagi-mahasiswa-sukses-jadi-pengusaha-tempe/